Titi Gantung yang lokasinya dekat dengan stasiun besar kereta api Medan, selain memiliki nilai sejarah, arsitekturnya yang khas dan unik. Selayaknya tidak harus hilang ditelan masa dibandingkan dengan banyak bangunan bernilai sejarah lainnya. “Titi Gantung” yang semula diperuntukkan sebagai jalan lintas dan penyeberang jalan kaki, calon penumpang kereta api, mau pun pengunjung dan penonton berbagai kegiatan, antaranya “pasar malam” di Lapangan Merdeka. Semasa penjajahan Belanda, Lapangan Merdeka bernama Esplanade dan pada waktu pendudukan Jepang bernama Fukuraido.
“Pasar Malam” dulunya secara berkala sering diselenggarakan di Lapangan Merdeka, sebelum diaktifkannya Medan Fair di Jalan Jenderal Gatot Subroto semasa Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Marah Halim Harahap. “Pasar Malam” terakhir di Lapangan Merdeka yang bertajuk Pameran Pembangunan Sumatera Utara (Papemsu) diduga pada tahun 1964.
Bagian bawah bangunan “Titi Gantung” memiliki 2 pintu gerbang dan ruas jalan yang menghubungkan Jalan Veteran (dulunya Jalan Bali) dengan Jalan Pulau Pinang (sekarang). Hingga tahun 1950an ruas jalan melalui pintu gerbang tersebut, bila malam ketika kereta api, baik lokomotif dan gerbong tidak dioperasikan setelah “langsir” dan diparkirkan, bisa dilalui kendaraan dan pejalan kaki.
BANGUNAN “Titi Gantung” dekat stasiun besar kereta api, selain bertembok kokoh, unik dan khas dengan cirri-ciri dilihat dari arah Jalan Pulau Pinang memiliki kelebaran 40 – 50 meter dengan tinggi bangunan antara 7 – 8 meter dari permukaan jalan. Selain bagian bawahnya berpintu gerbang (tertutup), terdapat jalan berjenjang (tangga) di sebelah kanan dan jalan mendaki berlapis aspal dari 2 arah.
Dari arah Jalan Veteran juga memiliki pintu gerbang dan kini berfungsi sebagai gudang, di sebelahnya dimanfaatkan untuk kedai kopi.Bagian sebelah kanan terdapat jalan berjenjang (tangga) dan di sebelah kiri satu ruas jalan mendaki. Kelebaran “Titi Gantung” terbuat dari besi kokoh dan bagian lantainya berlapis aspal melewati di atas jalur rel kereta api yang berada di bawahnya, terentang panjang 40 – 50 meter.
November 30, 2012
Menara Air Tirtanadi Medan
Ikon Khas kota Medan ini adalah Bangunan Menara Air yang kini menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirtanadi. Ketika anda akan memasuki kota ini dari arah selatan melalui jalan Sisingamangaraja, anda akan disambut dengan pemandangan puncak menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersih kebutuhan warga kota sejak jaman Kolonial Belanda (Tahun 1908) sampai sekarang. PDAM Tirtanadi menyediakan juga fasilitas air minum yang langsung bisa diminum oleh masyarakat kota Medan yang sedang melintas di fasilitas ini.
Merdeka Walk Food Court, Pusat Jajanan Kota Medan
Jika anda berkunjung ke kota Medan, belum lengkap rasanya jika belum mengunjungi Merdeka Walk. Terletak di jantung kota Medan tepatnya di lapangan Merdeka Jl. Balai Kota dan berhadapan langsung dengan Grand Aston Hotel. Pusat jajanan ini tergolong elit dan anda harus siap-siap merogoh kocek lebih dalam.
Terdapat beberapa restoran yang berada di Merdeka Walk, diantaranya yang paling terkenal yaitu Nelayan Restaurant. Menu restaurant ini diantaranya Dim-Sum Steam (Ha Kaou, Ciong Fen, Sio May, Sui Kiau), Dim-Sum Gorengan (Bola Udang, Lumpia, Sayap Ayam, Steak Tahu), Mie Special (Mie Ramien) dan Kwetiau special. Yang menjadi favorit saya adalah Ha Kaou karena bentuk dan rasanya agak berbeda dan jarang ditemukan di daerah lain. Ada juga Restaurant Jala-jala (makanan specialnya mie jala-jala dan kwetiau jala-jala) namun menu makanan disini sama persis dengan menu makanan di Nelayan Restaurant. Kalau anda sudah memilih restaurant di Merdeka Walk, sebaiknya duduk di wilayah restaurant tersebut karena jika anda duduk di wilayah umum, maka para pelayan restaurant lain akan terus menawari anda menu mereka, dan anda akan merasa bosan menolak mereka serta merasa tak nyaman menikmari makanan. Hal yang menjadi ciri khas food court ini yaitu selain menu yang ada di meja anda akan dibawakan langsung beberapa jenis masakan andalan, sehingga jika tertarik dengan bentuk dan aroma masakan tersebut anda bisa langsung memesannya.
Di wilayah inipun terdapat televisi ukuran besar yang biasa digunakan untuk nonton bareng sepakbola atau siaran olahraga lain. Jika tidak ada nonton bareng, TV tersebut hanya berisi iklan promosi. Sayang restaurant di Merdeka Walk ini hanya buka sore sampai jam 12 malam. Sehingga nonton bareng pagi jarang ditemukan.
Sumber : medandeli.wordpress.com
Terdapat beberapa restoran yang berada di Merdeka Walk, diantaranya yang paling terkenal yaitu Nelayan Restaurant. Menu restaurant ini diantaranya Dim-Sum Steam (Ha Kaou, Ciong Fen, Sio May, Sui Kiau), Dim-Sum Gorengan (Bola Udang, Lumpia, Sayap Ayam, Steak Tahu), Mie Special (Mie Ramien) dan Kwetiau special. Yang menjadi favorit saya adalah Ha Kaou karena bentuk dan rasanya agak berbeda dan jarang ditemukan di daerah lain. Ada juga Restaurant Jala-jala (makanan specialnya mie jala-jala dan kwetiau jala-jala) namun menu makanan disini sama persis dengan menu makanan di Nelayan Restaurant. Kalau anda sudah memilih restaurant di Merdeka Walk, sebaiknya duduk di wilayah restaurant tersebut karena jika anda duduk di wilayah umum, maka para pelayan restaurant lain akan terus menawari anda menu mereka, dan anda akan merasa bosan menolak mereka serta merasa tak nyaman menikmari makanan. Hal yang menjadi ciri khas food court ini yaitu selain menu yang ada di meja anda akan dibawakan langsung beberapa jenis masakan andalan, sehingga jika tertarik dengan bentuk dan aroma masakan tersebut anda bisa langsung memesannya.
Di wilayah inipun terdapat televisi ukuran besar yang biasa digunakan untuk nonton bareng sepakbola atau siaran olahraga lain. Jika tidak ada nonton bareng, TV tersebut hanya berisi iklan promosi. Sayang restaurant di Merdeka Walk ini hanya buka sore sampai jam 12 malam. Sehingga nonton bareng pagi jarang ditemukan.
Sumber : medandeli.wordpress.com
November 06, 2012
Objek Wisata Menarik yang ada di Kota Medan
1.
Danau Toba
Siapa yang tak kenal objek wisata yang satu ini? Danau Toba merupakan mutiara dari Pulau Sumatera. Parapat dan Samosir adalah dua loksi utama wisata di kawasan Danau Toba. Untuk mencapainya, anda dapat menggunakan kendaraan dari Medan menuju Parapat, dengan melalui kota Tebing Tinggi dan Pematang Siantar.
Danau Toba memiliki wisata alam yang luar biasa, wisata spiritual, wisata sejarah, ataupun wisata arsitektur dan kuliner. Suasana yang sejuk dan menyegarkan, hamparan air yang jernih, serta pemandangan yang mempesona dengan pegunungan hijau adalah sebagian kecil saja dari deskripsi keindahan Danau Toba yang mengagumkan.
Danau Toba adalah danau berkawah yang sangat besar dimana pusat pulaunya hampir seluas negara Singapura, dengan luas 1.145 kilometer persegi. Lokasi danau ini masuk ke tiga kabupaten sekaligus, yaitu Kabupaten Simalungun, Parapat, dan Ambarita yang semuanya adalah bagian dari Pulau Sumatera Utara. Danau Toba sebenarnya lebih menyerupai lautan daripada danau. Danau ini merupakan danau terbesar kedua di dunia sesudah Danau Victoria di Afrika.
Di tengah Danau Toba terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir yang berada di ketinggian hingga 1.000 meter di atas permukaan laut. Di tengah Pulau Samosir ini juga ada lagi dua danau indah yang diberi nama Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang. Daerah sekitar Danau Toba memiliki hutan-hutan pinus yang tertata asri. Di pinggiran Danau Toba terdapat beberapa air terjun yang sangat mempesona. Di pinggiran Danau Toba juga terdapat satu objek wisata bernama Tanjung Unta karena daratan yang menjorok ke danau ini memang menyerupai punggung unta. Di sekitar Danau Toba akan anda temukan pula tempat pemandian air belerang yang dipercaya bermanfaat untuk menyehatkan kulit.
Danau Toba adalah tempat yang cocok untuk bersantai dan menikmati pemandangan gunung yang permai sambil bersepeda. Rasa penat yang anda rasakan akan hilang saat menjelajahi keindahan tempat ini. Danau Toba berada 900 meter di atas permukaan laut, sehingga udara sejuknya sangat terasa menyegarkan, jauh dari udara panas dan polusi kota.
Anda dapat memberanikan diri ke Pulau Samosir di tengah danau dan menemukan pegunungan yang curam dengan kabut yang sejuk, disekitarnya ada air terjun yang jernih, dan masyarakat setempat yang sangat ramah. Inilah tempat yang patut anda kunjungi dan nikmati keramahan masyarakatnya. Sulit untuk membayangkan ada di tempat yang lebih indah untuk dikunjungi selain Danau Toba.
2. Simalem Resort
![]() |
Taman Simalem Resort - Merek |
Terletak di Jalan Raya Merek-Sidikalang, Km 9. Taman Simalem Resort merupakan salah satu ekowisata yang terletak di perbukitan barat laut Danau Toba, salah satu danau vulkanik yang terdalam di dunia. Perjalanan ke Taman Simalem Resort dapat ditempuh dalam 2,5 - 3 jam melalui perjalanan darat dari kota Medan atau dapat juga dicapai lebih kurang 45 menit perjalanan dari kota wisata Berastagi.
Kawasan ekowisata Taman Simalem Resort berada dalam kawasan seluas 206 hektar dan berada pada ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut. Kawasan ini dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata di Sumatera Utara yang menggabungkan konsep pertanian (agrowisata) dengan luas lebih dari 25 hektar dan kegiatan ekowisata di dalam satu kawasan terpadu. Simalem dalam bahasa batak karo berarti sejuk dan nyaman, sangat sesuai dengan alamnya. Panorama di Taman Simalem Resort sangat indah, hawanya sangat sejuk sekali dan memiliki view yang bagus ke Danau Toba.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 35 km dari Kabanjahe, tibalah di gerbang security check Taman Simalem Resort. Tarif masuk yang dihitung berdasarkan ukuran mobil ataupun bis. Dan untuk satu mobilnya dikenai biaya Rp. 250.000,- sudah termasuk beberapa voucher untuk membeli makanan, minuman, trip ke twins waterfall's dan bermain di wahana outbound.
Pearl of Lake Toba merupakan lokasi favorit bagi wisatawan untuk berfoto dengan panorama Danau Toba sebagai backgroundnya. Di lokasi ini juga sering menjadi lokasi photo shoot bagi pasangan yang akan menikah untuk melakukan pre wedding photo.
3. Air Terjun Dua Warna
![]() |
Air Terjun Dua Warna - Sibolangit |
Untuk sampai ke wisata ini kita hanya memerlukan waktu 1 jam untuk di perjalanan, yakni di Bumi Perkemahan Sibolangit, Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit, Kab Deli Serdang.
Dari lokasi ini kita akan memulai perjalanan masuk hutan atau hiking selama 3 jam untuk sampai di lokasi air terjun. Tempat wisata ini memang terkesan unik. Sebab, air terjun yang turun dari sungai atas dan kemudian tertampung ke sebuah danau kecil di bawahnya memiliki dua warna yaitu biru muda dan putih keabu-abuan.
Setelah ditelusuri ternyata air terjun ini bersumber dari letusan Gunung Sibayak yang membentuk aliran sungai dengan dialiri belerang (sulfur) yang kemudian bersatu dengan resapan air hutan sehingga menjadi berair dingin yang berwarna biru. Uniknya lagi, air terjun tersebut tidak mengeluarkan bau belerang namun disarankan untuk jangan pernah meminum air tersebut.
Selain itu, keberadaan air terjun ini juga tersembunyi di dalam hutan hujan tropis di tengah hutan Sibayak I dan Sibayak II dengan ketinggian 1475 meter dari permukaan laut.
4. Danau Linting
![]() |
Danau Linting - Deli Serdang |
Objek wisata Danau Linting berada di Desa Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Objek wisata yang belum mendapat perhatian pemerintah ini, hanya membutuhkan waktu satu jam untuk tiba di lokasi dari Kota Lubuk Pakam dengan menggunakan sepeda motor. Dari Medan, danau berair biru ini bisa dicapai dalam waktu sekitar satu jam empat puluh lima menit. Sepanjang perjalanan, anda akan disuguhkan hamparan hijau pepohonan di sisi jalan. Dan setibanya di lokasi, suasana segar dan nyaman akan anda rasakan.
Danau ini tak banyak dikunjungi orang. Padahal objek wisata ini menawarkan pemandangan yang cukup indah. Memandang air yang membiru di danau seluas sekitar 1 ha itu menimbulkan efek tenang. Sangat eksotis. Banyak orang yang datang hanya sekedar duduk-duduk memandang danau. Namun, tidak sedikit juga pengunjung yang menghabiskan waktu untuk mandi mandi di sini. Hanya saja, anda diingatkan untuk selalu berhati-hati. Konon, danau ini sangat dalam, dan hampir tidak diketahui bagian mana yang dangkal. Hingga kini, belum diketahui berapa kedalaman sebenarnya dari danau ini.
5. Ciba Iland dan Danau Siombak
Sejarah Danau Linting berawal dari sebuah retakan dari peristiwa vulkanik. Di sini, bisa dilihat kandungan belerang yang cukup tinggi. Aroma belerang cukup menyengat. "Dulunya lokasi ini adalah bukit tinggi. Suatu hari terasa getaran cukup kuat, dan beberapa bulan kemudian bukit itu berubah menjadi danau yang indah," kata seorang warga.
![]() |
Danau Siombak dan Ciba Iland - Medan Marelan |
Danau Siombak dan Ciba Iland terletak di Jalan Titi Pahlawan, Kelurahan Payah Pasir, Kecamatan Medan Marelan. Ini merupakan objek wisata air yang menawarkan keindahan alam dengan keadaan danau buatan yang indah dan menenangkan. Tempat rekreasi Danau Siombak pun tidak membutuhkan biaya banyak dan cocok untuk kantong warga kecil. Tiket masuknya saja sangat murah. Hanya dengan biaya sekitar Rp1.000 rupiah, pengunjung sudah bisa masuk ke lokasi wisata ini dan biaya parkir pun sudah termasuk didalamnya. Dan bagi para pengunjung yang ingin makan makanan laut (seafood), di lokasi ini tersedia rumah makan yang menyajikan makanan khas laut yang lezat dan menggugah selera. Adanya fasilitas pondok untuk berteduh di bibir danau, membuat pengunjung betah. Ditambah lagi ada kapal wisata berkeliling danau dengan tarif Rp5.000 per orang membuat wisata disini semakin menyenangkan.
Lokasi ini memang ramai dikunjungi pengunjung yang membawa keluarganya. Namun sayangnya, Danau Siombak yang ditawarkan Pemkot Medan belum layak menjadi objek wisata karena sarana dan prasarana pendukung kurang memadai.
Grand Mosque Al Mashun
Built in 1906 by architect
Klingenberg of Amsterdam in accordance with the creative energy of Sultan
Makmun Alrasyid of Deli.
Part of the building for the
construction of this mosque came from the “Deli Maatschapoij” and the Chinese
millionere Tjong A fie. The clock inside the mosque is a gift from Queen
Wilhelmina.
The Grand Mosque has been used at a
place of worship since 10 September 1909. It is a tourist interest as well as a
city landmark.
During the fasting month and
especially at the end of it when the led prayer is being held. It is
overflowing with Islamic worshippers to the yard grounds.
November 04, 2012
North Sumatra
Northern Sumatera, with it's
colorfull and ethnically mixed population, is after Java, the most crowded
province in lndonesia. Currently it has over 11 milion inhabitants and that
overshoots Kalimantan or Nusa Tenggara. Dynamic Batak, Malay, Javanese, Indians,
Acehnese and Chinese created a big variety of modern and traditional Indonesian
culture.
![]() |
Castle Hill Park in Sibolangit |
The economy, which has been based on
plantation for a long time, has now been expanded with the big Asahan aluminium
project and multiple service-companies, and belongs to the strongest in the
country. Tourism thrives mainly on the picturesque beauty of Lake Toba and the
Karo highlands, and it just being overshadowed by Bali and Yogyakarta.
The province has two important
ecological zones - a fertile, swampy plain in the east with mainly plantations,
and a central vulcanic chain of mountains (Bukit Barisan) which was formed 70
milion years ago by tectonical movements. The western part does also has a
small coastal plain and a chain of low-populated islands at the coast, of which
Nias is the most known.
The proud of North Sumatra is Lake
Toba, which was formed about 75,000 years ago during one of the most powerfull
vulcanic eruptions known to human kind; a tremendous disaster, which caused a
layer of ashes of 600 metres to fall down. About 30,000 years ago, a new series
of explosions formed a new vulcano inside the old one. The hole that was formed
by these explosions nowadays measures 120 by 45 kilometres. To compare: the
famous eruption of Mount St. Helens (1980) left a crater of only 2 sq.km.
The explosion caused the area around
Lake Toba to become an ecological border. Spiecies like Orang-Utan, other
Monkeys and 17 kinds of Birds can only be found north of this area, while the
Tapit and others including 10 kinds of Birds can only be found south of the
border. Probably a big desolated area remained after the eruption, in which not
many animals could live, or could cross.
The Batak, now one of the biggest
populations in lndonesia, arrived in the highlands about 3 to 4 thousand years
ago from the Phillippines and Borneo. About probable earlier inhabitants,
nothing is known. Following Toba legends Si Raja Batak was the mythical
ancestor of all Batak people, he descended on Pusuk Buhit Mount (1981 metres),
a vulcano on the western banks of Lake Toba. Nowadays there are six groups of
Batak living around Lake Toba, who distunguish themselves with their languages
and habits. Their habitational areas border each other.
Source : kotamedan.com
Source : kotamedan.com
Subscribe to:
Posts (Atom)